Indonesia yang sampai saat ini masih terus berjuang membangun perekonomian menjadi lebih kuat dan bisa bersaing dengan negara-negara lain harus menerima kenyataan bahwa kemiskinan yang terjadi pada masyarakatnya ternyata akibat konsumsi rokok yang tinggi. Demikian hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2003-2005 yang kami kutip dari Kompas.com, Selasa 19 Januari 2010.
Dalam survei tersebut disebutkan bahwa 73 persen lebih kepala rumah tangga miskin di perkotaan adalah perokok. Angka ini juga tidaklah mengagetkan dibandingkan hasil yang menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia lebih mendahulukan kepentingan menghisap berbahan nikotin itu daripada memenuhi kebutuhan pribadi seperti membeli beras.
Risiko kekurangan gizi pada anak-anak merupakan salah satu akibat yang juga harus diterima oleh mereka yang kerap merokok. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengalihan pembelian makanan menjadi membeli rokok.
Keberadaan rokok di tengah-tengah masyarakat sampai saat ini masih terus menjadi pro dan kontra bahkan bagi dalam kalangan gereja sekalipun. Namun, melihat fakta-fakta diatas maka tidak ada alasan untuk ragu mengatakan Tidak kepada rokok! .
Sumber : Kompas.com/bm